“Udah laaahh.. nggak usah idealis gituu…”. Kalimat ini sering saya dengar dari teman-teman saya. Biasanya, kalimat ini keluar kalau saya bercerita mengenai hal-hal yang ingin saya lakukan dan menurut saya benar, tapi kebanyakan orang tidak mau melakukannya. Contohnya, di tempat saya bekerja, terus terang masalah salary tidak menarik, tidak kompetitif. Sebagai programmer, saya sering kerja lembur karena deadline proyek yang singkat. Terkadang pekerjaan malah saya lanjutkan lagi di rumah. Tidak ada penghargaan untuk kerja lembur saya, berupa uang ataupun dalam bentuk lain. Jadi, lembur atau tidak take home pay saya sama saja. Meskipun begitu, saya tetap ingin proyek yang saya kerjakan selesai dengan baik dan tepat waktu. Karena hal ini, saya dibilang idealis oleh beberapa teman saya. Entah kenapa, orang idealis itu kesannya negatif.

Apa sih idealis dan idealisme itu?

Menurut saya, idealisme adalah suatu paham atau pemikiran seseorang, yang menurutnya paling benar dan paling baik. Orang yang mempunyai idealisme dan ia pegang teguh, biasa disebut idealis. Biasanya, orang akan komplain atau bertanya-tanya. “Menurut dia itu baik dan benar, tapi menurut saya enggak tuh.. Gimana dong?” Oke, itulah kebenaran.

Bagaimana memahami kebenaran?

Menurut saya, kebenaran ada 2 jenis. Kebenaran universal dan kebenaran menurut rasio manusia. Kebenaran universal adalah Tuhan. Semua orang yang ber-Tuhan setuju bahwa Tuhan sumber kebenaran dan memang benar-benar benar. Kebenaran menurut rasio manusia sangat beragam. Dilihat dulu situasi dan kondisinya. Di sini benar, di sana bisa jadi salah atau sebaliknya. Maka dari itu, manusia selalu mencari kebenaran. Dalam ilmu pengetahuan, ilmu pencarian kebenaran ini dikenal dengan filsafat.

Apakah kita perlu mempunyai idealisme?

Karena di dunia ini kebenaran menurut rasio manusia bermacam-macam, maka kita perlu mempunyai idealisme. Kita harus mempunyai patokan untuk diri sendiri, yang mana yang benar dan salah. Jika kita tidak punya idealisme, kita akan menjadi mudah terpengaruh oleh lingkungan di mana kita berada. Misalnya, jika orang-orang di lingkungan kita suka main judi, kita jadi ikut-ikutan main judi juga. Kita mengikuti apa yang benar menurut orang lain. Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dalam hidup saya, jika saya tidak punya idealisme.

Apakah kita perlu menjadi idealis?

Kalau kita sudah mempunyai idealisme dan dapat mempertahankan idealisme kita, berarti otomatis kita idealis dan itu wajar kok. Walaupun mempertahankan idealisme itu kadang agak terlihat ekstrim, tapi tetap memperhatikan situasi dan kondisi, tetap ada unsur keluwesan, bukan membabi buta. Misal jika saya sakit, saya tentu istirahat. Tidak memaksakan diri bekerja supaya proyek selesai tepat waktu. Jadi, jadilah idealis karena itu bukan sesuatu yang buruk. Carilah kebenaran, ikuti kebenaran yang Anda temukan untuk menjalani kehidupan di masa sekarang demi masa depan Anda.