Dalam suatu organisasi, pasti ada yang berperan menjadi pemimpin. Menjalani peran sebagai seorang pemimpin sekilas tampak mudah, maka banyak orang yang berlomba-lomba untuk menjadi seorang pemimpin. Punya anak buah, bisa menyuruh, memarahi, datang ke kantor sesuka hati, berkuasa seakan menjadi kenikmatan tersendiri. Pemimpin yang seperti ini saya sebut pemimpin palsu, karena jika perilakunya seperti itu, anak kecil pun juga bisa jadi pemimpin. Menjadi seorang pemimpin sebenarnya tidak semudah itu. Butuh proses yang panjang. Ibarat pahatan patung, dari sebongkah batu yang bentuknya jelek dipoles pelan-pelan, dibentuk, diukir menjadi suatu mahakarya yang indah. Maka dari itu, saya sebetulnya heran, sekarang banyak pelatihan untuk menjadi pemimpin dalam waktu kurang dari 2 bulan. Pelatihan kepemimpinan seperti ini tepat apabila sasarannya adalah hanya sebatas membuka wawasan tentang kepemimpinan. Jika pelatihan tersebut tujuannya untuk menghasilkan seorang pemimpin yang berkualitas, maka hal tersebut merupakan suatu kesalahan besar, karena tidak ada pemimpin berkualitas yang dibentuk dalam waktu sesingkat itu. Pemimpin yang berkualitas menurut saya, mempunyai kriteria sebagai berikut:

Berangkat dari anak buah

Seorang pemimpin yang berkualitas harus berangkat dari bawah. Pemimpin dadakan biasanya memiliki attitude yang sama sekali tidak mencerminkan seorang pemimpin. Gila harta, gila kekuasaan. Kerja seenaknya dan sebetulnya tidak tau apa-apa. Juga tidak punya konsep, apalagi punya kemampuan untuk merealisasikannya. Attitudenya rata-rata seperti ini karena dia tidak pernah bisa melihat ke bawah. Ya karena memang tidak pernah merasakan bekerja keras dan bagaimana menjadi anak buah. Kalau ketemu pemimpin seperti ini, tiap hari makan ati. Di tempat saya bekerja, sampai-sampai sempat ada yang berkomentar: “Saya kan cuma pelaksana, jadi pemimpin mah enak”. O ya? Jika Anda juga berpikir hal yang sama, lanjutkan saja membaca artikel ini. Mungkin Anda akan berubah pikiran.